Petisi Brawijaya Media – Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) resmi mengumumkan target ambisius yakni seluruh layanan pertanahan akan bertransformasi menjadi sepenuhnya digital (fully digital) pada tahun 2028. Langkah ini merupakan bagian dari strategi besar modernisasi birokrasi dan peningkatan pelayanan publik berbasis teknologi.
“Mulai tahun 2028, layanan pertanahan diharapkan sudah fully digital dengan penerapan blockchain pertanahan dan smart contract,” kata Direktur Jenderal Penetapan Hak dan Pendaftaran Tanah (PHPT) Kementerian ATR/BPN, Asnaedi, dalam keterangan resminya, Minggu (05/10/2025).
Asnaedi, menjelaskan bahwa transformasi digital telah dimulai sejak 2024, dimana seluruh Kantor Pertanahan mulai menerapkan Sertifikat Elektronik sebagai pengganti dokumen fisik dan akan berlangsung secara bertahap.
Memasuki 2025, layanan Peralihan Hak Atas Tanah Elektronik mulai diterapkan di hampir seluruh provinsi.
Pada 2026, sertifikat cetak akan menjadi pilihan. Semua sertifikat tanah akan beralih ke bentuk digital.
Kemudian di tahun 2028, adalah target final dan seluruh layanan pertanahan menjadi fully digital, tanpa lagi menggunakan sertifikat kertas.
Asnaedi menjelaskan, transformasi ini bertujuan mengurangi risiko pemalsuan dokumen, mempercepat proses administrasi, dan meningkatkan transparansi.
Untuk mendukung digitalisasi, Kementerian ATR/BPN akan mengintegrasikan teknologi mutakhir, diantaranya yakni :
- Blockchain Pertanahan: Menjamin keamanan dan keabsahan data kepemilikan tanah melalui sistem yang transparan dan tidak dapat dimanipulasi.
- Smart Contract: Memungkinkan transaksi tanah dilakukan secara otomatis dan efisien, mengurangi potensi penyalahgunaan.
- Generative Artificial Intelligence (AI) Pertanahan: Sistem cerdas yang mengintegrasikan seluruh regulasi dan petunjuk teknis, membantu pengambilan keputusan dan meningkatkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
Kementerian ATR/BPN menaruh harapan besar pada generasi milenial (Y) dan Z. Ia menilai generasi milenial dan generasi Z memiliki peran penting dalam proses transformasi ini.
Menurutnya, kombinasi keterampilan teknis dan kemampuan interpersonal membuat mereka mampu menciptakan inovasi layanan publik yang lebih efisien.
“Kita berharap munculnya Gen Y dan Z yang matang secara ilmu, keterampilan, kepercayaan diri, dan kemauan kuat ini menjadi fondasi untuk menjadi motor penggerak transformasi digital ATR/BPN. Teman-teman semua yang ada di Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional (STPN) merupakan bagian dari generasi tersebut,” katanya.
Asnaedi menambahkan, STPN saat ini tengah mempersiapkan diri bertransformasi menjadi Politeknik.
Ia berharap langkah itu membuat para taruna lebih siap menghadapi perubahan besar di sektor pertanahan.
“Dengan transformasi Sekolah Tinggi Pertanahan menjadi Politeknik, diharapkan Taruna/i akan lebih percaya diri, kreatif, dan siap menjadi bagian dari masa depan ATR/BPN dan bangsa Indonesia,” pungkasnya.