Petisi Brawijaya Media – Tegar Inang Pratama, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (FK UGM), mencuri perhatian publik setelah berhasil mempertahankan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sempurna 4.00 selama enam semester berturut-turut sejak tahun 2022.
Cita-cita Tegar untuk menjadi dokter berawal dari masa kecilnya yang dipenuhi tontonan anime bertema medis. Dari sana tumbuh rasa kepedulian dan keinginan untuk menjadi pribadi yang berguna bagi banyak orang. “Menonton anime medis, di sana berkembang rasa kepedulian saya untuk bisa berguna dan bermanfaat untuk banyak orang,” ungkap Tegar, seperti dikutip laman Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi pada Senin, 13 Oktober 2025.
Tegar masuk FK UGM melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) dan merupakan penerima beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K).
Seperti doa yang dititipkan orang tuanya lewat namanya. Tegar. Ia selalu bertekad untuk selalu optimal mengejar mimpinya. Ia berhasil masuk UGM lewat jalur SNMPTN 2022 dan kini duduk di semester tujuh.
Ia mengakui bahwa mempertahankan IPK sempurna bukanlah hal mudah. Ritme akademik yang padat, ujian dua pekan sekali, serta materi yang menumpuk menjadi tantangan tersendiri.
“Belajar di FK UGM hingga mendapatkan nilai sempurna bukanlah hal yang mudah,” ujar Tegar.
Ia menekankan pentingnya manajemen waktu dan menjaga semangat belajar sebagai kunci keberhasilannya.
Tegar menyadari bahwa beasiswa yang ia terima berasal dari dana rakyat. Hal ini menjadi motivasi tersendiri baginya untuk terus belajar dengan sungguh-sungguh.
“Saya terus belajar dan sadar bahwa semua pembiayaan kuliah ini dari rakyat. Jadi, kita harus belajar dan punya mimpi untuk mengembalikannya,” katanya.
Faktor lingkungan juga membantu Tegar menjaga semangat belajar. Dia selalu berupaya menjaga ekosistem diskusi bersama teman-teman mahasiswanya.
“Saya mencoba untuk mempertahankan lingkungan akademis itu. Teman-teman saya, jadi setiap kami ketemu, topik obrolan kami (adalah) sudah belajar sampai mana, terus saling cross check materi satu sama lain,” kata mahasiswa semester tujuh ini.
Meski Tegar dibesarkan oleh kakek dan neneknya, dan latar belakang ekonomi yang sederhana, namun hal itu tidak menjadi penghalang untuk meraih prestasi.
Ia membuktikan bahwa keterbatasan bukan alasan untuk menyerah, melainkan dorongan untuk terus maju.
Berkat program ini, Tegar dapat melanjutkan pendidikan kedokteran tanpa terbebani biaya besar yang sering menjadi penghalang bagi banyak siswa berpotensi dari keluarga sederhana.
“Ketika lolos KIP Kuliah, ya enggak nyangka juga sih, soalnya siapa yang nyangka kuliah kedokteran gratis, sampai jadi dokter, dan enggak cuma saya, mungkin orang-orang di sekitar saya pun juga kaget,” ujar Tegar.
KIP Kuliah membantunya untuk memperoleh alat-alat penunjang belajar seperti stetoskop, tensimeter, penlight, dan perangkat belajar digital, yang menjadi sarana penting dalam perkuliahan dan praktik kedokteran.
Melalui kisahnya, Tegar menginspirasi ribuan mahasiswa di Indonesia untuk tidak takut bermimpi besar. Semangat ini, tidak hanya berhenti di dirinya, namun harapannya bagi seluruh anak bangsa yang selama ini takut bercita-cita di tengah tantangan keterbatasan.
“Jangan takut bermimpi jadi orang sukses, karena selalu ada jalan bagi mereka yang berani bermimpi. Dari keluarga biasa, kita harus melanjutkan harapan,” pesan Tegar.
Kisah Tegar menjadi bukti bahwa dengan tekad, kerja keras, dan rasa tanggung jawab, prestasi luar biasa bisa diraih bahkan dalam lingkungan akademik yang sangat kompetitif seperti kedokteran.
Ia menjadi inspirasi bagi banyak mahasiswa di seluruh Indonesia untuk tidak hanya bermimpi, tetapi juga berjuang mewujudkannya.
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) menegaskan bahwa KIP Kuliah adalah wujud nyata dari keadilan sosial di bidang pendidikan tinggi.
Melalui kebijakan “Diktisaintek Berdampak”, kementerian berkomitmen memastikan bahwa setiap rupiah dari anggaran pendidikan benar-benar memberikan hasil nyata bagi masyarakat bukan hanya angka penerima, tetapi perubahan hidup yang berkelanjutan.
Kemdiktisaintek terus mendorong kampus di Indonesia untuk memperluas akses, menanamkan nilai tanggung jawab sosial, dan membentuk mahasiswa yang tidak hanya berprestasi, tetapi juga peduli terhadap masyarakat.