29.3 C
Jakarta
Thursday, October 23, 2025
spot_img

Bos Uniqlo Serukan Persatuan Asia Hadapi Tarif Trump, Sebut Indonesia Mesin Pertumbuhan Asia

Petisi Brawijaya Media – Presiden dan CEO Fast Retailing Co., Tadashi Yanai, menyerukan pentingnya solidaritas antarnegara Asia dalam menghadapi tantangan global, khususnya kebijakan tarif impor yang diberlakukan oleh Amerika Serikat, Donald Trump.

Dalam pidatonya di ajang Forbes Global CEO Conference 2025 yang digelar di Jakarta, Rabu (15/10/2025), Yanai menyebut Indonesia sebagai “mesin pertumbuhan” kawasan Asia dan menekankan peran strategis negara ini dalam menjaga stabilitas ekonomi regional.

Yanai menyoroti dampak kebijakan tarif yang diterapkan oleh Presiden AS Donald Trump terhadap produk-produk asal Asia. Menurutnya, kebijakan tersebut telah meningkatkan ketidakpastian dalam perdagangan global dan berpotensi menimbulkan tekanan ekonomi yang luas.

“Asia, khususnya Indonesia, merupakan mesin pertumbuhan. Kita perlu bersatu sebagai bangsa Asia dan menunjukkan kekuatan kita,” ujar Yanai di hadapan para pemimpin bisnis dunia.

Selain itu, Yanai juga mempertanyakan kebijakan tarif tersebut. Hal ini karena posisi Amerika Serikat sebagai negara bebas dan demokratis yang justru mengeluarkan kebijakan proteksionis dan memicu konfrontasi

“Ini benar-benar membingungkan. Negara yang bebas dan demokratis justru memberlakukan tarif dan memicu konfrontasi serta perang. Namun, presidennya justru menginginkan penghargaan Nobel Perdamaian. Ini adalah paradoks yang sulit dipahami,” tambahnya.

Ia juga menyampaikan harapannya agar kebijakan tarif tersebut tidak menimbulkan efek negatif yang signifikan, seperti resesi ekonomi global. Menurutnya, kerja sama lintas negara di Asia menjadi kunci untuk menghadapi tekanan eksternal dan menjaga momentum pertumbuhan.

“Saya sangat berharap resesi tidak akan terjadi. Mari kita bekerja sama untuk masa depan yang lebih baik,” ujarnya.

“Indonesia bukan hanya pasar penting, tapi juga mitra strategis dalam membangun ekosistem bisnis yang berkelanjutan di Asia,” tambah Yanai.

Menurut Forbes Billionaires Index, hingga 10 Oktober 2025, Yanai telah mengantongi US$47,9 miliar atau sekitar Rp79,47 triliun, naik 15,58% year to date (YtD) dari US$42,8 miliar. Yanai adalah orang terkaya nomor satu di Negeri Sakura, sekaligus peringkat ke-35 dunia versi Forbes.

Uniqlo saat ini memiliki hampir 2.500 gerai di 25 negara. Sebagai pengusaha, Yanai menginginkan perusahaannya menjadi peritel terbesar dunia, yang berarti harus melampaui H&M dan Inditex, induk perusahaan Zara.

Adapun, Bloomberg Billionaires Index menempatkan Yanai di posisi ke-36 dunia dengan kekayaan tercatat US$48,7 miliar. Bloomberg mencatat kekayaan Yanai naik US$1,12 miliar sepanjang sesi perdagangan terakhir, menganulir koreksi YtD menjadi US$2,26 miliar.

Sebagai informasi, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sejak pertengahan tahun sudah menerapkan tarif balasan atau resiprokal produk negara mitra dagang. Termasuk Indonesia yang pada Agustus secara resmi diterapkan tarif produk 19 persen ke pasar AS.

Tarif yang diperoleh Indonesia lebih rendah dibanding negara lain, misalkan Vietnam memperoleh tarif balasan 20 persen, Kanada 35 persen, India 50 persen, dan Brasil 50 persen.

Meski demikian, Pemerintah Indonesia menyatakan negosiasi tarif tersebut belum rampung, dengan kemungkinan bisa membuat tarif yang dikenakan ke produk domestik menjadi lebih rendah.

Sebelumnya, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengatakan, tarif balasan atau resiprokal yang diterapkan oleh AS terhadap produk Indonesia sebesar 19 persen sudah kompetitif di pasar global.

“19 persen itu sudah kompetitif,” kata Ketua Umum Kadin Indonesia Anindya Bakrie ditemui usai menghadiri Forbes Global CEO Conference di Jakarta, Selasa (14/10).

Ia mengatakan, guna memaksimalkan potensi penguatan daya saing dari tarif yang diterapkan oleh AS, pemerintah perlu memastikan kemudahan perizinan dalam melakukan bisnis di Indonesia, serta memperkuat infrastruktur agar menciptakan rasa nyaman untuk para investor.

Di hari yang sama, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyebutkan, alasan Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberikan tarif impor tinggi kepada negara mitra dagang yaitu lantaran ingin meningkatkan kembali sektor manufaktur.

Agus menjelaskan, sektor manufaktur AS hanya menyumbang kurang dari 12 persen Produk Domestik Bruto (PDB) negaranya. Menurut dia, Trump saat ini ingin mengembalikan kekuatan sektor manufaktur.

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

1,459FollowersFollow
7,451FollowersFollow
7,700SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles